rss

MENENG, GUSTI ANA ING ATIMU

Rabu, 01 Juni 2011

NGURIPAKÉ KEJAWÉN


Akèh para pinisepuh kang durung bisa makna bala uripé
Mula padha jegah-jegah nyawiji
Tutur bahasané sing padha narima ing pandum
Sing baku isa
Mbok menawa lali diélingaké
Saya dangu saya ngrembaka
Kaya dèn interi suwé-suwé nyawiji
Dudu paran ning isa
Sampurnakna dhisik kedadéyan sing wis kelakon
Tandha-tandha mukti wis ana
Putih kuningé nggawa cempaka

01 Mei 2008
Ki Jalatundha

 



Dibahasa Indonesiakan oleh R. Ony Ispriyanto

Banyak para orang yg dituakan belum bisa mengenali kawan hidupnya
Karenanya belum mau bersatu
Tata cara bahasanya menerimalah apa yg sudah menjadi miliknya
Yang penting bisa
Bila lupa ingatkanlah
Semakin lama semakin berkembang
Layaknya diputar-putar dan dipilih lama lama menyatu
Bukan tujuan tetapi bisa
Sempurnakan dulu apa yg sudah terjadi
Tanda-tanda kemuliaan sudah nampak
Warna putih dan kuning membawa harum bunga cempaka.

terjemahan bebas:

Banyak orang yang merasa dituakan, karena belum kenal dengan hidup dan perangkat hidupnya dalam kerohanian dan kelahiran, maka belum bersatu. Masih berbahasa dengan nama dan tata yang berbeda, artinya belum sampai ketataran yang dituju, yang penting bisa saja dahulu, kalau lupa diingatkan, pasti berkembang sendiri pengetahuan dan penyatuan kerohanian dan kelahirannya

Bagaikan orang menampi beras, diangkat, diputar-putar, lama-lama , menyatu, tujuannya supaya bisa. Biarpun dengan jalan pribadi, paguyuban, kelompok ataupun apa saja, pasti akan menyatu.

Sempurnakanlah dahulu kejadian yang ada dengan menerima apa adanya, bukankah dengan menerima apa adanya, maka menjadi sempurna ? kenalilah perangkat hidupmu juga, baik yang gaib maupun bukan gaib, maka akan terproses, menjadi sempurna sebagai perangkat hidupmu, Tanda-tandanya sudah ada, yang mengaku putih ternyata sudah sadar sehingga sudah tampak kuning, bukan putih lagi. akhirnya akan membawa kembali keharuman cempaka, yaitu ; lambang ilmu Nusantara-Jawa, bunga cempaka..ilmu bunga.
Kalajengaken.....

KETUHANAN YANG MAHA ESA

Rasa kemanusiaan tatanan hidup jer basuki
Nggenah pasrah-sumarah
Tuhan itu sama
Bisa dibilang apa saja
Satu sama
Hanya padamu bermacam-macam cara
Berbahasa satu
Diam tapi benar
Semua bisa walaupun beda
Junjunglah namamu
Beda tapi sama
Aku bersaksi dirimu satu
Jangan biarkan tandanya lupa
Jadilah satu biar bersatu
Junjunglah aku
Kembali pada cahayamu penerang jiwa-ragamu
Berdiri tegak
Simpanlah rasa Tuhanmu dalam lubuk hatimu
Percaya nggenah bersifat luhur berdiri makmur
Didalam jiwa ada aku
Selalu bersedia cuma alit membawa anugerah
Siapa yang tak tahu jadinya penipu
Bicara benar itu wahyu
Benar itu satu
Tuhan benar ada dalam rasamu.


22 Juni 2008
Ki Jalatundha


Catatan : apakah kaum agamawan bersedia menggunakan kata “Tuhan” dalam kesehariannya ? cobalah direnungkan, bagaimana implikasinya dengan Sila pertama dalam Panca Sila bila kaum agamawan menggunakan istilah Tuhannya sendiri sendiri sebagaimana tertulis dalam kitab sucinya ? sumangga direnungkan !!!
Kalajengaken.....

Chating .......Sambung Rasa....


ShoutMix chat widget